Pages - Menu

Selasa, 03 Juni 2014

KOMUNIKASI KESEHATAN



TUGAS
MATA KULIAH KOMUNIKASI KESEHATAN
“MENURUNKAN PERILAKU SEKS PRANIKAH BERESIKO PADA REMAJA KOS”
“Perencanaan Komunikasi Kesehatan Model P-Process
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Kesehatan Kelas B






Oleh :
Agrestika Nova Ryan Saputri             122110101016



FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2013



I.              ANALISIS

-          Understand
1.      Masalah: Perilaku Seksual Pranikah Beresiko pada Remaja Kos
2.      Orang: Remaja Kos
3.      Budaya: Kenakalan yang terjadi terutama seks pranikah beresiko sudah menjadi hal yang biasa dan tidak menjadi tabu lagi di kalangan remaja itu.
4.      Kebijakan dan Program yang ada: Saat ini di Indonesia sudah ada Undang-undang Pornografi, diharapkan dengan adanya undang-undang itu dapat menekan perilaku seks pranikah beresiko di kalangan pelajar untuk tidak berperilaku seks pranikah beresiko. Selain itu sebagian pengelola kos sudah menerapkan berbagai kebijakan seperti, tata tertib rumah kos, pembatasan penerimaan tamu pada malam hari, pembatasan jam malam, larangan menerima tamu berlainan jenis di dalam kamar, dll.
5.      Media Komunikasi yang tersedia : Media yang dapat digunakan antara lain Media Cetak (Koran, majalah), media elektronik (Televisi, internet, radio)

A.    Analisis Situasi
1.      Keparahan dan Penyebab masalah
Faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah beresiko remaja kos :
a.       Faktor dari dalam diri remaja sendiri yang kurang memahami swadarmanya sebagai pelajar.
Faktor tersebut dapat mempengaruhi seorang remaja melakukan seks pranikah beresiko karena didorong oleh rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui. Disinilah suatu masalah sering kali muncul dalam kehidupan remaja karena mereka ingin mencoba segala hal, termasuk berhubungan dengan fungsi kebutuhan seks yang melibatkan pasangannya.
b.      Faktor dari luar yang berupa pergaulan bebas tanpa kendali orang tua.
Pergaulan bebas tanpa kendali orang tua menyebabkan remaja merasa bebas untuk melakukan apa saja yang diinginkan. Kedekatan dengan Peer Groupnya sangat tinggi karena selain ikatan Peer Group menggantikan keluarga, mereka juga merupakan sumber afeksi, simpati dan pengertian, saling berbagi pengalaman, dan sebagai tempat remaja untuk mencapai otonomi dan independensi. maka tak heran bila remaja mempunyai kecenderungan untuk mengadopsi informasi yang diterima oleh teman-temannya, tanpa memiliki informasi yang signifikan.
c.       Faktor perkembangna teknologi media komunikasi yang semakin canggih memperbesar kemungkianan remaja mengakses apa saja termasuk hal-hal yang negatif.
Remaja dewasa ini, dapat dengan mudah mengakses situs, gambar atau juga tayangan porno lewat internet dalam telepon genggam masing-masing. Misalnya saja remaja yang menonton film yang berkebudayaan barat, melaui observational, learning, mereka melihat perilaku seks itu menyenangkan dan dapat diterima lingkungan. Hal ini pun diimitasi oleh mereka tanpa memikirkan adanya perbedaan kebudayaan, nilai serta norma-norma dalam lingkungan masyarakat setempat. 
d.      Pembatasan pengetahuan remaja tentang seksual.
Banyak orang tua yang membatasi pembicaraan mengenai seksualitas dengan berbagai alasan. Seksualitas dianggap masih tabu untuk dibicarakan bagi kalangan orang tua kepada anaknya. Sehingga remaja terpacu untuk mencari informasi di tempat lain yang bisa jadi menjerumuskan mereka.
e.       Adanya kesempatan melakukan hubungan seksual pranikah beresiko.
Faktor kesempatan melakukan hubungan seks pranikah sangat penting untuk dipertimbangkan, karena bila tidak ada kesempatan baik ruang maupun waktu, maka hubungan seks pranikah tidak akan terjadi.

Dampak Perilaku Seksual Pranikah
a.     Dampak Fisiologis
Bila remaja melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan, maka dapat menimbulkan dampak fisiologis. Diantaranya:
1.      KTD (kehamilan yang tidak diinginkan)
KTD pada remaja dapat meningkatkan resiko kesehatan bagi ibu dan anaknya.
2.      Aborsi
Tidak sedikit remaja yang menagalami kehamilan yang tidak diinginkan mengambil jalan pintas dengan melakukan aborsi, padahal aborsi sangat berbahaya. Infeksi alat reproduksi karena melakukan aborsi yang dilakukan secara tidak steril dapat mengakibatkan pendarahan. Sehingga remaja dapat mengalami shock akibat pendarahan dan gangguan neurologist.
3.      Resiko terkena IMS (Infeksi Menular Seksual)
IMS merupakan penyakit yang kebanykan ditularkan melalui hubungan seksual. IMS berbahaya karena dapat menimbulkan kemandulan, kanker rahim, merusak penglihatan, menyebabkan seseorang rentan terhadap HIV / AIDS, serta beberapa IMS yang tidak dapat disembuhkan.

Dampak psikologis dari perilaku seksual pranikah pada remaja diantarannya : perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah, dan berdosa. dampak sosial dari prilaku seksual pranikah diantaranya : dikucilkan, cemooh masyarakat,putus sekolah pada remaja perempuan yang hamil, dan perubahan peran ibu.


2.      Halangan dan pendukung perubahan perilaku yang diinginkan
a.    Halangan perubahan perilaku
Ditinjau dari sumber halangannya dapat dibagi menjadi dua, yaitu : eksternal dan internal.
Halangan eksternal berupa ikatan peer group yang sangat kuat serta bebasnya akses informasi berupa gambar, tulisan, dan tayangan baik secara lisan, cetak maupun elektronik. Selain itu tidak adanya kontrol dari pemilik kos terhadap anak kosnya menciptakan suasana dan lingkungan kost yang bebas, sehingga remaja kost memiliki peluang dan kebebasan yang besar untuk melakukan hubungan seksual pranikah.
Halangan internal berupa rasa ingin tahu yang tinggi dari remaja tentang hubungan seksual, lemahnya iman dan kontrol diri, yang pada intinya menyebabkan remaja melakukan hubungan seksual pranikah

b.    Pendukung perubahan perilaku
Dampak-dampak negatif dari hubungan seks pranikah yang telah dipaparkan di atas tentu dapat mengurangi perilaku seks pranikah beresiko di kalangan remaja kost.

3.       Problem statement
Kebiasaan melakukan hubungan seks pranikah di kalangan remaja kost akibat adanya rasa ingin tahu yang tinggi dan di dukung dengan adanya kesempatan ruang dan waktu.



4.      Dukung dengan riset
Data hasil riset yang dilakukan mahasiswi FKM Universitas Jember kepada 96 remaja kos di Jember pada tahun 2013 tentang “perilaku seks pranikah”, menyebutkan bahwa :

Tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan remaja kos terhadap perilaku seks pranikah
Pengetahuan
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
-
47
49
96

Apabila dilihat dari data diatas, tingkat pengetahuan remaja kos terhadap perilaku seks pranikah sudah cukup tinggi. Bahkan tidak ada yang memiliki pengetahuan yang rendah tentang perilaku seks pranikah
Sikap
Mendukung
Tidak Mendukung
Total
41
55
96

Kebanyakan remaja kos tidak mendukung adanya perilaku seks pranikah. Tetapi apabila dibandingkan dengan remaja yang mendukung, memilki perbandingan yang tidak jauh.

Tindakan
Buruk
Cukup
Baik
Total
62
25
9
96
Dari data dapat disimpulkan bahwa dari 96 responden, kebanyakan melakukan tindakan yang buruk yaitu 62 responden. Sedangkan yang melakukan tindakan baik hanya 9 responden, serta 25 responden memiliki tindakan cukup.
Sedangkan riset ini juga menunjukkan berbagai perilaku seksual yang dilakukan remaja kos, seperti:

Jenis
Ya
Tidak
Total
Video Porno
77
19
96
Masturbasi
46
50
Cium Pipi
87
9
Cium Bibir
83
13
Memegang daerah sensitif
64
32
Petting
55
41
Oral
35
61
Senggama
52
44

Dari 96 responden, terdapat 52 remaja kos yang sudah melakukan senggama.Yang dilakukan di tempat-tempat seperti:
Hotel
Kost Pasangan
Kost Sendiri
11
15
26

Dari data dapat disimpulkan bahwa kebanyakan responden (remaja kos) melakukan senggama di tempat kost sendiri, lalu diikuti di tempat kost pasangan, dan yang terakhir di hotel.



A.    Analisa Komunikasi
1.      Analisis kemungkinan kerjasama
Kemungkinan kerjasama yang dapat dijalin dari permasalahan perilaku seks pranikah beresiko remaja kost adalah : orang tua, pemilik kost, masyarakat sekitar kost (terutama tokoh yang berpengaruh seperti, ketua RT, togamas, dll) dan Peer Group/teman-teman sepermainannya.
Orang tua : berperan dalam melakukan pemilihan tempat kos yang selektif (sesuai, aman, nyaman, dan memiliki peraturan yang tegas dan jelas) bagi anak-anaknya. Serta selalu melakukan kontrol/pengawasan pada anak-anaknya yang tinggal jauh dari mereka dengan cara selalu menjalin komunikasi dengan anaknya serta selalu mengingatkan agar anaknya selalu mengingat Allah agar mereka tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.
Pemilik kost: berperan dalam menetapkan peraturan-peraturan yang ada di tempat kos, seperti : pembatasan jam malam, pelarangan tamu lawan jenis dibawa ke kamar selain keluarga, pembatasan penerimaan tamu pada malam hari, dll.
Masyarakat sekitar kost : berperan dalam memberikan suatu aturan/norma (tertulis maupun tidak tertulis) yang secara tidak langsung harus dipatuhi juga oleh remaja kost yang tinggal di lingkungan tersebut. Serta memberikan suatu peringatan/teguran bahkan hinaan pada remaja tersebut apabila mereka telah melakukan hal yang menyimpang.
Teman sepermainan/Peer Group : berperan untuk saling mengingatkan dan bertukar informasi yang positif agar masing-masing terhindar dari penyimpangan.

2.      Analisa sosial dan perilaku
Pengetahuan
Dari hasil riset pada 96 responden remaja kost didapatkan suatu informasi bahwa sebagian besar mereka telah mengetahui dampak atau efek yang ditimbulkan dari perilaku seksual pranikah beresiko. Tetapi mereka tetap saja melakukan hal tersebut karena didorong oleh rasa keingin tahuan yang tinggi yang tidak diimbangi dengan kontrol iman yang kuat serta adanya kesempatan/peluang tempat dan waktu untuk melakukan hal tersebut.

Sikap
Mereka melakukan perilaku seksual pranikah karena memiliki sikap yang positif terhadap hal tersebut. Beberapa pandangan yang melandasi sikap positif terhadap hal tersebut yaitu hubungan seks tersebut dianggap sebagai suatu kebutuhan yang harus dipenuhi, serta tersedianya tempat dan waktu untuk melakukan seks pranikah tersebut.

Kemampuan
Kehidupan anak kos yang jauh dari keluarga terutama orang tua menjadikan mereka merasa diberi kebebasan penuh untuk hidupnya, karena tidak adanya pengawasan/kontrol langsung dari orang tua, serta lingkungan tempat kost yang kebanyakan tidak memiliki peraturan-peraturan yang tegas mengenai jam malam, pembatasan tamu lawan jenis dll. Sehingga remaja tersebut merasa memiliki kesempatan ruang dan waktu untuk melakukan seks pranikah, dan lama kelamaan hal tersebut menjadi suatu kebiasaan yang dianggap tidak menyimpang.

3.      Komunikasi
Dalam kasus ini komunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan media, baik elektronik maupun cetak. Misalnya, melakukan penyuluhan tentang masalah perilaku seks pranikah ini kepada para remaja dengan bantuan media diantaranya: flip chart, leaflet, poster. Bisa dilakukan dengan menempelkan poster tentang dampak hubungan seks pranikah di tempat kos dan saling bertukar informasi yang positif antar teman.  Bisa juga dilakukan dengan bantuan media elektronik dengan memasang iklan tentang bahayanya perilaku seks pranikah beresiko yang dapat menimbulkan kerugian khususnya pribadi tersebut.

4.      Kebutuhan Pelatihan
Diperlukan baik bagi programmer atau pun sasaran. Dalam permasalahan ini yang bertindak sebagai programmer adalah para petugas kesehatan ataupun kelompok maupun pribadi yang ditugaskan untuk melakukan penyuluhan atau mencari solusi yang tepat untuk permasalahn diatas. Para programmer ini membutuhkan pelatihan akan materi dan skill. Pelatihan ini bisa melalui “capacity building” ,”public speaking” ataupun pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan pengetahuan dan kecakapan dari programmer itu. Sedangkan bagi sasarannya dapat dilakukan dengan membentuk sebuah forum diskusi atau sharing-sharing, agar remaja dapat mengutarakan permasalahan yang sedang dihadapinya dan akhirnya mendapatkan solusi dari permasalahan itu.


I.              DESIGN STRATEGI
a.      Tujuan komunikasi
TUJUAN
·         Menurunkan tingkat perilaku seks pranikah beresiko pada remaja kos
·         Menurunkan dampak negatif dari perilaku seks pranikah beresiko
SASARAN
·         Sasaran primer: remaja kos
·         Sasaran sekunder: Pemilik kos dan keluarga
·         Sasaran tersier : Warga sekitar kos

b.      Pendekatan program & posisioning
-        Model perubahan perilaku
Menggunakan pendekatan Sikap dan Tindakan, karena sebagian besar remaja kos memiliki pengetahuan yang tinggi tentang seks pranikah. Namun sikap dan tindakannya masih negatif.


-        Dasar strategi dan pendekatan
Menggunakan pendekatan key person dengan cara melakukan pendekatan pada teman dekat di lingkungan kos. Dengan harapan remaja yang melakukan seks pranikah dapat merubah perilakunya tidak melakukan seks pranikah beresiko lagi.
-        Why & how change health behaviour
Karena perilaku seks pranikah beresiko mampu memberikan dampak yang cukup merugikan bagi remaja kos. Baik dari sudut pandang kesehatan, maupun sosial. Dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.
ü  Internal: melalui pribadi remaja kos yang melakukan perilaku seks pranikah beresiko.
ü  Eksternal dari lingkungan sekitar remaja kos, seperti teman dekat, pemilik kos, maupun pemerintah.
-        Tentukan posisiàkeuntungan bagi audience
Keuntungan yang dapat diperoleh dari sasaran antara lain:
-  Terbebas dari PMS, contohnya HIV/AIDS, Gonorhae, Kanker serviks, dll.
-  Tidak didiskriminasi dan dikucilkan oleh masyarakat sekitar.
-  Meningkatkan prestasi, karena sebagian besar remaja kos menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan seks pranikah. Sehingga diharapkan apabila mereka berhenti berperilaku seks pranikah beresiko, mereka bisa mengalokasikan waktunya tadi buat belajar dan meraih prestasi.
-  Terhindar dari trauma berhubungan.
1.      Tentukan saluran
Multimedia approach, mass comm, interpersonal, (among family, friend, community, soc network, service provider)
Interpersonal: melalui keluarga, teman, dan pemilik kos
2.      Susunan rencana implementasi
Rencana kegiatan yang akan dilakukan untuk mensukseskan program “Menurunkan Seks Pranikah Beresiko di Kalangan Remaja Kos” adalah sebagai berikut:
-  Membuat Forum Group Discussion
Forum ini merupakan suatu wadah untuk saling bertukar informasi atau pengalaman (sharing) yang bertujuan merumuskan suatu masalah yang sedang dihadapi agar menemukan solusi masalah.
-  Sosialisasi kepada Pemilik kos
Sosialisasi tersebut ditujukan kepada pemilik kos yang bertujuan untuk memberikan informasi agar lebih meningkatkan peraturan yang berlaku di dalam kos.
Contoh: berlakunya jam malam, dilarang memasukkan tamu lawan jenis di dalam kamar, pembatasan jam penerimaan tamu, dll.
-  Pemasangan poster di tempat kos
poster yang ditempelkan tersebut berkaitan dengan pengetahuan mengenai seks pranikah (dampak yang ditimbulkan agar memberikan efek jera terhadap remaja kos yang sering melakukan hubungan seks pranikah). Penempelan poster ini dilakukan atas seizin pemilik kos.
-  Sosialisasi terhadap masyarakat di sekitar kos
Sosialisasi ini dilakukan dengan bantuan masyarakat sekitar yang ada di sekitar tempat kos agar terjalin suatu kerjasama yang bertujuan mencegah dan mengurangi perilaku seks pranikah.


Anggaran Dana
Pemasukan
Donatur                                                                     Rp.200.000,-
Sponsorship                                                               Rp.100.000,-
Iuran panitia @15xRp.10.000                                  Rp.150.000,-
Total                                                                          Rp.450.000,-

Pengeluaran
Konsumsi (programmer+sasaran)                              Rp.100.000,-
Alat Tulis                                                                  Rp.  30.000,-
Penggandaan Angket            @150x200                  Rp.  30.000,-
Transportasi   (10 programmer)                                 Rp.120.000,-
Biaya percetakan poster @15xRp.10.000                Rp.150.000,-
Lain-lain                                                                    Rp.  20.000,-
Total                                                                          Rp.450.000,-

1.      Rencana Evaluasi Dan Monitoring
a.       Indikator dan sumber data
ü  Indikator: perubahan perilaku yang terjadi pada remaja kos tersebut
ü  Sumber data: di dapat dari pendekatan-pendekatan yang telah dilakukan pada remaja kos tersebut. Sehingga dari hasil tersebut dapat diperoleh suatu data.

b.      Ukur hasil dan dampak
ü  Ukur hasil: target yang ingin dicapai ialah pola perilaku pada remaja kos tersebut berubah dan berdampak sangat signifikan terhadap pola perilaku remaja kos tersebut.
ü  Dampak: hal tersebut akan berdampak positif kepada remaja kos karena remaja kos dapat mengubah perilaku negatifnya menjadi perilaku yang kembali normal.



I.              PENGEMBANGAN DAN UJI COBA
1.      Kembangkan konsep, materi, pesan, cerita & partisipasi
ü  Konsep: Dari program ini di harap dapat merubah pola perilaku remaja kos dari hal yang negatif menjadi suatu hal yang jauh lebih baik dengan menggunakan pendekatan, media, maupun sosialisasi pada sasaran primer atau sekunder.
ü  Materi: materi yang diberikan hanya berupa pendekatan key person dengan pemberian pengertian bahwa hal tersebut sangat merugikan remaja kos tersebut, meskipun sudah diketahui bahwa materi yang di miliki remaja kos tersebut sudah sangat banyak.
ü  Pesan: diharap pesan tersebut dapat sampai kepada responden (remaja kos).
ü  Cerita: dihubungkan dengan pola perilaku remaja kos yang menyimpang sehingga muncul suatu keadaan dimana dilakukannya proses perubahan terhadap hal tersebut.
ü  Partisipasi: diharapkan terbentuk partisipasi yang bagus antara programmer, sasaran program (remaja kos) dan pihak-pihak/individu yang terkait dalam program ”Penurunan perilaku seks pranikah beresiko pada remaja kos” ini.

2.      Kombinasikan ilmu dan seni
Dengan pendekatan yang ada diperlukan kombinasi ilmu dan seni untuk penyampaian hal tersebut agar responden mudah menerima apa yang akan kita berikan mengenai penyuluhan tersebut. Contohnya dengan pembuatan poster tentang “bahaya/dampak perilaku seks pranikah beresikoyang akan ditempelkan di tempat kos.
3.      Tidak hanya berdasar hasil analisa dan desain strategi
Acuan pendekatan ini tidak hanya berpacu pada hasil analisa dan desain strategi saja melainkan pada key person yang kita lakukan yang lebih banyak mengubah pola perilaku remaja kos tersebut.
4.      Harus kreatif
Dalam hal ini sangat dituntut adanya sifat kreatif yang tinggi untuk menentukan strategi apa yang sesuai agar pesan yang kita sampaikan mengenai program tersebut dapat langsung diterima mudah oleh responden (remaja kos) tersebut.
5.      Emotional stimulant & motivation
Keadaan emosional dan motivasi sangat diperlukan dan dijalankan secara seimbang agar program yang kita rencanakan dapat memenuhi sasaran dan berjalan dengan baik. Apalagi diketahui bahwa tingkat emosional remaja masih sangat labil, untuk itu diperlukan pendekatan yang sesuai sehingga dapat dengan mudah diterima oleh remaja kos tersebut. Sedangkan motivasi/dorongan positif untuk perubahan perilaku remaja kos dari hal negatif menjadi positif dapat berasal dari dirinya sendiri, orang tua, dan teman sepermainannya.
  1. Pengembangan
        Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan adalah :
ü  Poster
ü  Alat tulis
ü  Papan peraturan
ü  Materi/pengetahuan mengenai seks pranikah beresiko


        Modul
Tidak ada modul yang dapat diberikan kepada sasaran primer maupun sekunder, karena pendekatan yang diberikan disini lebih bersifat pendekatan key person.
        Media
Media yang diperlukan untuk mendukung terlaksananya program penurunan perilaku seks pranikah beresiko pada remaja kos ini adalah berupa poster, ataupun pemberian informasi/sharing melalui media sosial seperti, Facebook, blog dll
  1. Uji coba
        Stakeholder yang sesuai dengan target
Teknik Pengumpulan Data
Sebagai upaya untuk mengumpulkan data-data, penulisan menggunakan teknik pengumpulan data yang meliputi.
a.       Wawancara (interview)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Kegiatan ini dilakukan kepada remaja kos, pemilik kos dan orang tua serta warga sekitar tempat kos.
b.      Pengisian angket
Angket adalah selebaran yang berisikan beberapa pertanyaan yang memiliki maksud tertentu yang bertujuan mendapatkan informasi dari responden yang sesuai dengan kenyataan. Kegiatan ini dapat dilakukan kepada remaja kos, pemilik kos, orang tua maupun warga sekitar tempat kos.


        Materi, pesan, proses
Materi : materi yang diberikan hanya berupa pendekatan key person dengan pemberian pengertian bahwa hal tersebut sangat merugikan remaja kos tersebut, meskipun sudah diketahui bahwa materi yang di miliki remaja kos tersebut sudah sangat banyak.
Pesan:
·         Menyampaikan bahaya dan kerugian yang akan ditanggung oleh remaja tersebut jika melakukan seks pranikah.
·         Menyampaikan penyakit apa saja yang dapat merugiakan remaja kos yang melakukan seks pranikah.
·         Dampak apa saja yang ditimbulkan pada psikolgi seorang remaja kos.
·         Apa motivasi seorang remaja kos melakukan seks pranikah.
·         Manfaat apa saja yang didapat selama melakukan seks pranikah.
Proses:
·         Melakukan pendekatan kepada pemilik kos.
·         Melakukan pendekatan kepada remaja kos.
·         Melakukan pendekatan kepada warga sekitar kos.
·         Melakukan wawancara secara tidak formal melalui angket.
·         Melakukan penempelan poster di tempat kos.

        Sasaran primer : remaja kos
Yang paling mudah bisa dilakukan dengan pengambilan sampel, misal melakukan pendekatan pada beberapa remaja beresiko yang kos di lingkungan sekitar kampus/sekolah di Jember. Dapat dilakukan dengan cara menerapkan Forum Group Discussion yang di dalamnya berisi sharing tentang segala permasalahan yang sedang dihadapi oleh remaja kos yang bisa dibilang jauh dari pengawasan orang tua. Setelah adanya sharing tersebut dapat terlihat apakah Forum Group Discussion tersebut dapat menjadi wadah bagi remaja untuk mencari solusi atas permasalahannya atau tidak. Serta dengan memasang poster yang berisikan informasi mengenai bahaya/dampak perilaku seks pranikah beresiko bagi pelakunya di tempat kos remaja tersebut. Setelah pemasangan tersebut, dapat di analisis apakah ada efek/perubahan yang terjdi pada remaja yang beresiko tadi.
        Sasaran sekunder : pemilik kos dan orang tua
Dapat dilakukan dengan pengambilan sampel pada beberapa pemilik kos yang ada di daerah sekitar kampus/sekolah yang ada di Jember. Bentuk uji cobanya adalah dengan memberikan sosialisasi mengenai peraturan atau tata tertib yang seharusnya diterapkan di semua tempat kos. Setelah adanya sosialisasi tersebut dapat dilihat apakah pemilik kos tersebut sudah menerapkan peraturan tersebut atau belum. Apabila sudah, dapat dianalisis lagi apakah ada perubahan pada perilaku remaja kos ke arah positif atau tidak.
3.      Revisi
Kegiatan ini dilakukan apabila kegiatan yang telah direncanakan tidak berjalan atau mengalami hambatan. Kegiatan ini dilakukan bertujuan memperbaiki kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya.
4.      Uji coba ulang
Setelah revisi dilakukan kita dapat melakukan uji coba ulang kepada berbagai sasaran, baik primer maupun sekunder.



II.          IMPLEMENTASI DAN MONITORING
Kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain:
-          Pemberian angket pertama pada remaja kos.
-          Pemasangan poster.
-          Pemberian angket kedua kepada remaja kos
-          Forum Group Discussion
-          Sosialisasi kepada masyarakat sekitar

a.       Produksi dan Sebar
-          Kegiatan yang pertama kali dilaksanakan adalah memberikan angket kepada remaja kos untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja terhadap seks pranikah beresiko.
-          Setelah mengetahui tingkat pengetauhan remaja terhadap perilaku seks, baru kemudian membuat poster yang berisikan pengetahuan yang perlu diketahui oleh remaja kos, setelah itu baru menyebarkan poster ke kos-kos remaja.
-          Setelah itu menyebar angket kembali kepada remaja kos untuk mengetahui tingkat efektivitas dari kegiatan pertama yakni penyebaran poster.
-          Setelah itu melaksanakan sosialisasi kepada para pemilik kost.
-          Setelah itu baru melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat sekitar kos.
-          Setelah itu baru kemudian dilaksanakan  Forum Group Discussion
b.      Melatih petugas lapangan
-          Mengadakan training kepada penyuluh tentang komunikasi serta cara penggunaan media kesehatan, agar saat penyuluhan atau diskusi dapat berjalan dengan lancar.
c.       Kerahkan partisipan kunci
-          Mendatangkan para ahli seperti konselor tentang seks pranikah, psikolog dll.


d.      Manage dan Monitoring Program
-          Program pertama yakni pemasangan poster di kos-kos remaja. Kita bisa menilai bagaimana efektivitas poster ini bisa berjalan, sehingga bisa dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan selanjutnya.
e.       Kembangkan Program berdasarkan hasil monitoring.
Dari hasil monitoring kegiatan pertama, selanjutnya mampu melaksanakan kegiatan kedua dari evaluasi tahap pertama.

III.        EVALUASI DAN RE-PLANNING
         Evaluasi untuk melihat pencapaian tujuan :
Evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan yang sebelumnya dilakukan, dampak apa saja yang ditimbulkan dari kegiatan sebelumnya dan tujuan apa saja yang sudah dicapai. Contoh:  apabila hasil yang dicapai belum memenuhi target yang ditentukan, maka perlu diadakan evaluasi, apa saja yang menyebabkan kegiatan tersebut tidak berjalan dengan sempurna, dan mencari solusi agar kegiatan tersebut dapat berjalan kembali dengan baik.
         Analisa efek semua aktifitas dan media
Dampak apa saja yang ditimbulkan dari kegiatan yang sudah dilakukan dan media yang sudah diberikan, baik itu positif maupun negatif.
Positif:
-          Remaja kos yang tidak melakukan seks pranikah beresiko semakin mengetahui dampak apa saja yang dapat terjadi akibat seks pranikah beresiko.
-          Remaja kos yang sudah melakukan, mengurangi kegiatan seks pranikah beresiko.

Negatif:
-          Apabila tidak disertai pendampingan secara intensif dapat menyebabkan pengaruh pada psikologi korban seks pranikah beresiko, karna pelaku butuh adapatasi untuk menyesuaikan dengan lingkungan barunya.
         Program improvemnet
Melakukan pendekatan key person contohnya dengan mengajak makan bersama, curhat atau kegiatan lainnya yang menimbulkan kenyamanan dan kepercayaan kepada pelaku sehingga dengan perlahan dapat merubah kebiasaan seks pranikah beresiko.
         Masukan bagi program selanjutnya
ü  Lebih memahami apa yang dibutuhkan oleh remaja pelaku seks pranikah beresiko agar melakukan perubahan perilaku. Contohnya: mengadakan pertemuan personal kepada pelaku remaja seks pranikah beresiko.

a)      Hasil dan Dampak
Setelah melaksanakan berbagai kegiatan di atas, dapat diperoleh berbagai hasil. Apabila hasil ini telah memenuhi berbagai indikator yang telah ditetepkan pada tahap sebelumnya maka program ini dikatakan telah berhasil.  Namun apabila belum memenuhi indikator-indikator yang telah ditentukan maka program ini belum bisa dikatakan berhasil, sehingga diperlukan evaluasi untuk memenuhi indikator yang ditentukan.

b)      Sebarkan hasil
Menyebarkan hasil kegiatan dengan cara mencantumkan ke media sosial seperti blog, facebook, twitter dll, agar masyarakat tahu seberapa besar seks pranikah yang dilakukan oleh remaja kos.
c)      Tentukan kebutuhan akan datang
Setelah semua program yang dibentuk telah dilaksanakan, maka pada tahap ini melakukan review terkait dengan kekurangan atau tentang tambahan yang harus dilakukan guna memperbaiki program yang ada.
d)     Revisi dan redesign program
Apabila hasil dari program sebelumnya belum mencapai hasil maksimal, dan program ini masih dirasa perlu untuk diteruskan maka perlu diadakan revisi dan desain ulang pada  program selanjutnya



Tidak ada komentar:

Posting Komentar